Rabu, 19 April 2017

MENGENAL SOSOK AFRIZAL LEBIH DEKAT


Terusan – SeputarKito.com, Sederhana, optimis dan pantang menyerah, itulah sedikit gambaran sosok Afrizal selaku tokoh masyarakat Muratara.  Pria kelahiran tahun 1970 Desa Suka Menang, Kecamatan Karang Jaya, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) ini dikenal oleh masyarakat karena kesederhanaan dan sosialnya yang tinggi.

Kepedulian nya dalam bentuk sosial dikalangan masyarakat Muratara sudah tidak diragukan lagi, kerap kali masyarakat dilanda musibah ia hadir ditengah-tegah masyarakat. Aktif hadir ditengah keramaian masyarakat yang sedang menggelar hajatan. Selain itu, ia juga dikenal sebagai sosok yang sangat supel, mudah berbaur tanpa pandang bulu, dan mengayomi.

Beliau sangat baik dengan siapapun, dan tidak pernah tebang pilih dalam tolong menolong. Siapapun yang membutuhkan bantuan pasti akan dibantunya. Lebih lebih orang lemah pasti lebih beliau prioritaskan dari kepentingannya sendiri.” Ungkap Tar (45), salah satu warga Terusan saat dimintai pendapat tentang Afrizal.
Hidup dari kalangan keluarga yang sederhana dan kelas menengah, Anak dari Muhammad Akip ini, memiliki motto hidup, kekalahan adalah kemenangan yang tertunda atau kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Menurutnya, Terkadang kegagalan terasa menyakitkan lebih-lebih yang diharapkan jauh dari kenyataan. Tak ayal, kegagalan membuat hidup seseorang menjadi jatuh terpuruk dalam keputusan, namun ia berpesan kegagalan itu wajar dan semua orang pasti mengalaminya.

“Menurut mamak, kegagalan bukan akhir dari segalanya, namun merupakan proses dari lahirnya keberhasilan. Semakin kita terus berusaha memperbaiki setiap kegagalan, yakin lah keberhasilan akan sampai didepan mata,” pesan suami Khasanah Martiah.

Mantan aktivis (Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia) PMII, (Remaja Masjid) Risma, dan Rismen ini pun mengingatkan bahwa manusia tidak akan mencapai titik puncak keberhasilan tanpa pernah jatuh dalam titik yang paling bawah. Selain itu, Ia mengibaratkan, kegagalan dan keberhasilan bak bola basket, semakin tinggi ia dijatuhkan maka semakin tinggi ia memantul ke atas.

Sama dengan yang dialami selama hidupnya. Seperti keberadaannya saat ini bukan serta merta diraih tanpa kegagalan. Selain kegagalan, alumnus SD Negeri Sukamenang tahun 1984 dan alumnus MTs Negeri 1 Lubuklinggau ini juga mengalami banyak kesulitan dalam menempuh pendidikan ahir dan S1.

“Setelah lulus MTs, waktu itu mamak sangat ingin bisa sekolah di (Pendidikan Guru Agama) PGA. Mamak pun mencoba mendaftar ke sekolah PGA Bengkulu tahun 1991. Sangat disesalkan waktu tes pertama mamak tidak lulus,” kenangnya sambil menghela nafas. Akhirnya sekolah Tridarma menjadi alternatif terakhir yang ditempuhnya.

Sedikit diceritakannya, saat menempuh pendidikan di Tridarma ia hanya bertahan selama enam bulan, karena ia berubah pikiran ingin mendalami agama Islam, bapak dari lima orang puteri ini pun memutuskan untuk mengakhiri pendidikan di Tridarma dan meneruskan pendidikan di Pondok Pesantren Salaf, yaitu Pesantren Darus Salam Bengkulu.

Tidak berhenti sampai di sini, keinginannya untuk mengenyam pendidikan di PGA tak pernah pupus. Tanpa putus asa, usai nyantri selama tiga tahun, ia pun kembali mendaftarkan diri di PGA Bengkulu.

“Alhamdulillah, sekalipun banyak mengalami kesulitan, cita cita mamak bisa terwujud.” Ucapnya bangga. Tak hanya diterima menjadi siswa PGA, saat itu ia mampu menjadi pelajar yang cukup berprestasi. Selain memiliki nilai Akademik yang cukup baik, ia juga aktif di Organisasi kesiswaan dan pernah menjabat sebagai pengurus pramuka (Dewan Kerja Daerah Provinsi) DKD Bengkulu selama sembilan tahun.

Tidak hanya dalam dunia pendidikan, kegigihannya dalam mewujudkan cita-cita juga tercermin dalam dunia politik. Terbukti dua kali gagal mencalonkan diri sebagai dewan daerah Kabupaten Musirawas pada tahun 2009 dan 2014, tak membuat alumni (Institute Agama Islam Negeri) IAIN Bengkulu ini putus asa.

“Sesuai motto tadi, jadi berapa pun angka kegagalan atau kekalahan, peluang kemenangan pasti menanti, so jangan sia-siakan kesempatan itu.” Tegasnya lugas.

Sebelumnya, Mantan Kepala Desa (Kades) Desa Sukamenang ini, aktif menjadi ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI). Di tahun 2002-2008, ia mulai aktif menjadi kader Golongan Karya (Golkar). Kemudian di tahun 2004 ia menjadi pimpinan Partai Golkar di kecamatan Karang Jaya.

Dua kali gagal nyaleg tak menghentikan langkahnya dalam berkecimpung di dunia politik. Justru berkat kegigihan dan kesabarannya, saat ini ia dipercaya menjabat sebagai ketua DPD Perindo Muratara priode 2016-2021.


Penulis: Dwi Irmayanti