Muratara - SeputarKito, Pendapatan merupakan harapan semua orang untuk memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan sandang maupun pangan atau kebutuhan lainnya. Hal ini menjadi alasan setiap orang untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan.
Seorang karyawan perusahaan Tambang emas di Kabupaten Muratara yang tidak mau disebutkan namanya mengaku selama bekerja diperusahan tersebut kesejahteraan hidupannya tidak kunjung maju, dapat dikatakan biasa biasa saja tidak seperti yg ia bayangkan sebelumnya.
"Gaji yang saya terima agaknya sulit untuk bisa menabung. Untuk kebutuhan sehari hari saja masih min. Lebih lebih saya tidak bisa bekerja sampingan, seperti motong atau berjualan jadi ya hanya mengandalkan gaji," ungkapnya.
Ia menambahkan, pihak perusahaan hanya ingin mendampatkan hasil dari pekerjaannya. Sementara pendapatannya tidak diperhatikan selama dua tahun ia bekerja. Padahal, ia setiap bulan harus memberi uang kepada tetangganya agar mereka juga merasa memiliki perusahaan tersebut dan mengurangi rasa konflik terhadap perusahaan tempat ia bekerja.
"Waktu saya bekerja di perusahan itu manajemen perusahaan menyampaikan bahwa saya harus bekerja dengan baik dan harus bertanggung jawab. Sekarang setelah perusahan berkembang dan jarang konflik, perhatian perusahaan semakin jauh dari kenyataan," imbuhnya sambil meneteskan air mata.
Sulit baginya untuk menerima perlakuan perusahaannya, ketika ia melihat perlakuan khusus terhadap karyawan lain terutama karyawan dari luar Muratara yang mendapatkan fasilitas spesial.
"Karyawan dari luar sana mendapatkan bayaran lebih besar dan fasilitas serba lengkap termasuk antar jemput, sementara kami karyawan lokal cuma besar resiko konflik saja," timpanya.
Ia juga menceritakan, meskinpun ia dibedakan oleh perusahaan tempat ia bekerja, ia tetap jaga profesionalitas pekerjaan dengan harapan kesadaran perusahaan akan tangisannya dapat terwujud. Belakangan ini, ia coba mencuri perhatian atasannya untuk peka terhadap permasalahaannya dengan tidak mengerjakan pekerjaannya. Tetapi hal demikian tidak berhasil.
"Dulu semua pekerjaan saya kerjakan semua meskipun beban pekerjaan itu dikerjan oleh 11 orang. Akhir-akhir ini, saya coba merespon bahwa saya sanggup mengerjakannya asalkan sesuai dengan bayaran," harapnya.
Disisi lain, perusahaan mengharuskan ia datang tepat waktu sementara, menurutnya jarak antara rumah dan tempatnya bekerja banyak hambatan seperti tiba-tiba turun hujan, atau yang paling sering pecah ban atau motor rusak dengan demikian ia tidak dapat bekerja sampingan.
Seorang karyawan perusahaan Tambang emas di Kabupaten Muratara yang tidak mau disebutkan namanya mengaku selama bekerja diperusahan tersebut kesejahteraan hidupannya tidak kunjung maju, dapat dikatakan biasa biasa saja tidak seperti yg ia bayangkan sebelumnya.
"Gaji yang saya terima agaknya sulit untuk bisa menabung. Untuk kebutuhan sehari hari saja masih min. Lebih lebih saya tidak bisa bekerja sampingan, seperti motong atau berjualan jadi ya hanya mengandalkan gaji," ungkapnya.
Ia menambahkan, pihak perusahaan hanya ingin mendampatkan hasil dari pekerjaannya. Sementara pendapatannya tidak diperhatikan selama dua tahun ia bekerja. Padahal, ia setiap bulan harus memberi uang kepada tetangganya agar mereka juga merasa memiliki perusahaan tersebut dan mengurangi rasa konflik terhadap perusahaan tempat ia bekerja.
"Waktu saya bekerja di perusahan itu manajemen perusahaan menyampaikan bahwa saya harus bekerja dengan baik dan harus bertanggung jawab. Sekarang setelah perusahan berkembang dan jarang konflik, perhatian perusahaan semakin jauh dari kenyataan," imbuhnya sambil meneteskan air mata.
Sulit baginya untuk menerima perlakuan perusahaannya, ketika ia melihat perlakuan khusus terhadap karyawan lain terutama karyawan dari luar Muratara yang mendapatkan fasilitas spesial.
"Karyawan dari luar sana mendapatkan bayaran lebih besar dan fasilitas serba lengkap termasuk antar jemput, sementara kami karyawan lokal cuma besar resiko konflik saja," timpanya.
Ia juga menceritakan, meskinpun ia dibedakan oleh perusahaan tempat ia bekerja, ia tetap jaga profesionalitas pekerjaan dengan harapan kesadaran perusahaan akan tangisannya dapat terwujud. Belakangan ini, ia coba mencuri perhatian atasannya untuk peka terhadap permasalahaannya dengan tidak mengerjakan pekerjaannya. Tetapi hal demikian tidak berhasil.
"Dulu semua pekerjaan saya kerjakan semua meskipun beban pekerjaan itu dikerjan oleh 11 orang. Akhir-akhir ini, saya coba merespon bahwa saya sanggup mengerjakannya asalkan sesuai dengan bayaran," harapnya.
Disisi lain, perusahaan mengharuskan ia datang tepat waktu sementara, menurutnya jarak antara rumah dan tempatnya bekerja banyak hambatan seperti tiba-tiba turun hujan, atau yang paling sering pecah ban atau motor rusak dengan demikian ia tidak dapat bekerja sampingan.